Paling sering, pemrakarsa pernikahan adalah seorang wanita, dan seorang pria yang penuh kasih tidak punya pilihan selain setuju untuk ditelepon. Namun terkadang inisiatif pernikahan wanita sama sekali diabaikan. Tentu saja, ini menyakitkan dan menyinggung. Bagaimana jika dia tidak ingin menikah?
Dia belum siap untuk cap muncul di paspornya. Pertama, Anda perlu mencari tahu mengapa dia tidak ingin menjadi suami yang sah.
Mungkin ada alasan obyektif untuk keengganannya untuk menikah. Misalnya, kekurangan uang yang dangkal. Terkadang wanita sangat ingin berdandan dengan gaun putih sehingga mereka siap untuk terlibat dalam hutang dan sejarah kredit untuk ini. Pria memiliki pendekatan yang lebih rasional dalam hal ini. Mereka mencoba untuk memiliki sejumlah uang untuk pernikahan dan bulan madu. Jika alasannya justru terletak pada uang, mulailah menabung bersama untuk pernikahan di masa depan. Biarkan ini menjadi perhatian Anda bersama.
Tidak jarang pria takut akan pernikahan jika sudah memiliki pengalaman pernikahan yang gagal. Dan di sini mereka dapat dipahami, karena beberapa wanita, setelah upacara pernikahan yang disayangi, bersantai dan menunjukkan identitas mereka yang sebenarnya. Pria Anda kemungkinan akan berhati-hati untuk mengulangi skenario serupa. Atau mungkin dia baru saja tumbuh dalam keluarga di mana, alih-alih cinta, permusuhan berkuasa antara ibu dan ayah.
Itulah sebabnya, sebelum membuat keputusan yang tepat tentang pernikahan, penting bagi pria dan wanita untuk hidup bersama untuk memahami apakah mereka cocok satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai aturan, konflik dimulai 3 bulan setelah dimulainya kehidupan bersama. Jika mereka dapat dilunasi, tahap krisis berikutnya dimulai dalam satu tahun. Jika pasangan berhasil mempertahankan perasaan cerah satu sama lain selama satu setengah tahun bersama, pria itu biasanya siap menjadi suami sendiri.
Pernikahan harus didekati secara bertanggung jawab. Karena itu, Anda tidak boleh memeras seorang pria ("Atau pernikahan, atau saya akan pergi"), dan juga mencoba menikahinya dengan diri Anda sendiri berdasarkan saran populer dengan bantuan seorang anak. Tiba-tiba dia meragukan perlunya menikah, karena dia tidak yakin ingin hidup bersamamu sepanjang hidupnya, membesarkan anak bersama? Pikirkan apakah Anda ingin membesarkan seorang anak sendirian atau dalam keluarga di mana tidak ada cinta timbal balik?
Jangan melihat ke belakang teman-teman Anda, jangan iri karena banyak dari mereka yang sudah menikah. Di permukaan, hampir setiap keluarga tampak sempurna. Ingatlah bahwa menikah adalah masalah sederhana, jauh lebih sulit untuk bangun setiap pagi dalam suasana hati yang baik karena di sebelah Anda adalah orang yang sangat Anda cintai dengan siapa Anda selalu ingin bersama, baik dalam kesulitan maupun dalam sukacita.